Kamis, 26 Juli 2012

Sebagai Guru Muda, Dirinya Harap-Harap Cemas

Tampak Sherly menatap penuh senyum walaupun dinding sekolahnya menggambarkan dirinya yang harap-harap cemas

Sosok Nuris Sarli Asmarani 

Gadis manis ini memiliki nama panjang Nuris sarli Asmarani. Ia biasa dipanggil Sherly oleh murid dan teman-temen guru tempat mengajar di Yayasan Pendidikan Islam Al Ikhlas, Kecamatan Konang Kabupaten Bangkalan. Sebagai mahasiswi yang masih menjalani proses pendidikan di salah satu Perguruan Tinggi Swasta (PTS) di IKIP Boedi Oetomo Malang.

Perempuan kelahiran Bangkalan, 30 Juni 1989 ini juga mengabdikan diri sebagai guru sukarelawan yang terletak di desa pedalaman dengan akses jalannya cukup menantang.


“Saya setiap hari menempuh 35 km mulai hari Senin sampai Kamis. Jalan-jalannya rusak parah, rata-rata bermaterial pasir, lempung dan bebatuan. Hal sudah sangat biasa saya lewati, maklum saja disana merupakan daerah dataran tinggi,” ujar Sherly penuh kegalauan.

Menurut Sherly, belum lagi masalah-masalah masyarakat disana yang terkenal sangat sensitif dan bisa disebut sebagai daerah rawan konflik. Kata Sherly sering terjadi kejahatan, entah itu carok (red-perkelahian yang berakhir dengan kematian), perampokan dan lain sebagainya. Semuanya itu membuat dirinya H2C alias harap-harap cemas.

“Semua itu tidak menyurutkan tekad dan semangat, walaupun hanya sejengkal tanah saja. Saya ingin mengabdi pada dunia pendidikan dan ingin terus bertemu anak-anak (red-murid) yang selalu membuat saya rindu,” terang Sherly yang sering mencurhatkan dan mensharingkan kejadian ini ketika usai sholat kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha Segalanya.

Dengan tutur kata yang lemah lembut, Sherly mengatakan bahwa, murid-muridnya adalah siswa-siswi yang selalu membuat dirinya bangga atas antusiasme. Mereka menuntut ilmu meski jarak dari rumah dan mereka menuju sekolah yang sangat jauh dengan berjalan kaki.

“Subhanallah…sungguh keingingan besar dari anak-anakku, sang laskar pelangi. Kadang mereka menyemut menjadi satu menuju sekolah dengan dipenuhi senyum dan keceriaan menuju masa depan,” kata Sherly sambil meneteskan air mata harapan.

Lulusan SMA 1 Blega ini bercerita bahwa, pernah suatu waktu beberapa di antara siswi ada yang memeluk dirinya sambil menangis dan menceritakan beban yang selama ini mereka simpan sendirian. Itu adalah momen yang sangat luar biasa, sehingga hati Sherly ter-enyuh.

“Saya ingin ikut menangis tapi saya ingat bahwa saya harus menguatkan mereka. Saat itu saya sangat merasa berarti bagi mereka, sungguh tidak dapat di lukiskan dengan kata-kata,” ungkap Sherly sambil mengucapkan syukur pada Allah SWT, karena-Dia masih memberi manfaat bagi pundaknya, untuk air mata orang-orang yang sangat dicintai.

Mahasiswa Jurusan PENJAKES ini menilai, pendidikan di Indonesia masih rancu, misalnya soal UN. Dirinya adalah salah satu orang yg menentang adanya UN. Mengingat kata Sherly, kualitas akademik siswa tolak ukurnya adalah nilai kesehariannya dan output nilai mestinya merupakan hasil murni dari individu masing-masing siswa.

“Sangat jelas dan bukan rahasia lagi, pada saat UN berlangsung, Pasti pihak-pihak terkait, membantu siswanya agar bisa lulus. Faktor arsiran juga jadi penentu, dan nilai yg didapat tidak bisa lagi disebut nilai murni,” kritiknya dengan pedas sepedas cabe rawit.

Selai itu katanya, untuk seluruh tenaga pendidik, perlu bersama-sama meningkatkan kualitas diri agar semakin layak disebut sebagai tenaga pendidik. Manfaatkan sarana yang minim semaksimal mungkin untuk mencapai tujuan terbaik. Jangan tunggu dunia melakukan perubahan, Kita-lah yang harus mencetuskan perubahan dengan akhlak dan prestasi yang gemilang.

13356658802066689309
Semangat sherly tetap menyala di tengah carut-marut dunia pedidikan hari ini

Dalam pesan terakhirnya Sherly menuliskan sebuah puisi tentang kehidupan hari ini.
“Ada kalanya kita menangis, agar kita tahu bahwa hidup bukan hanya untuk tertawa. Dan ada kalanya kita tertawa, agar kita tahu betapa mahalnya setetes air mata. Gugur bunga karena layu, gugur cinta karena cemburu dan gugur iman karena nafsu,” pungkas Sherly sambil menarik nafasnya dalam-dalam merenung akan hidup ini yang penuh kepalsuan. (rud)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar